Selasa, 15 Desember 2015

Beberapa waktu yang lalu saat sedang mengajar murid kelas dua ku, ada pertanyaan polos darinya. jujur, kaget meski pertanyaan sederhana tetap saja kan harus dijawab dengan bahasa terbaik agar dia mendapat pemahaman yang baik.

Saat itu, kami sedang mempelajari asmaul husna, nama-nama terbaik milik Allah. sampai tiba pada pertanyaan"kak, katanya Allah ngabulin doa kita. kok doa bia ngk dikabul-kabulin sih?". 

Saat pertanyaannya selesai sambil menatapnya dengan tersenyum, refleks yang ku jawab adalah:"emang fadhil berdoa apa"?. dia masih asyik bercerita bahwa dalam sehabis sholat doa selalu berdoa minta agar fokus dalam belajar. aku mengangguk, paham benar bahwa muridku ini memang sulit sekali untuk berkonsentrasi dan fokus dengan apa yang sedang dia pelajari.

"fadhil berdoanya tulus ngk?"

"Bia tulus berdoanya kak, tapi tetep aja ngk bisa fokus kalo belajar."

"ah, bohong kali. ini aja belajarnya ngk sungguh-sungguh. gimana Allah mau kabulin doa Fadhil kalo kamunya aja ngk mau sungguh-sungguh buat belajar." 

"nih, coba liat deh Fadhil lagi baca tentang nama Allah, As-Salam yang artinya Maha Menyelamatkan. Fadhil tau maksudnya ngk?" seperti biasa, fadhil selalu asyik sendiri. seolah orang yang ngk mau belajar, tapi kalo ditanya mau belajar atau ngk, dia selalu jawab mau belajar. Muridku tidak menjawab pertanyaanku, maka aku langsung menjelaskan kepadanya bahwa, 

" Allah itu menyelamatkan orang-orang yang berbuat baik. sekarang kakak tanya, kalo belajar merupakan perbuatan baik bukan?"

"iya"

"nah, belajar itu perbuatan baik, makanya harus sungguh-sungguh. kalo kita sungguh-sungguh, nanti Allah yang akan bantu. dan berdoanya juga harus tulus sama Allah. Allah kabulin doa Fadhil kalo kamu berusaha untuk belajar dengan sungguh-sungguh."

"iya, Bia belajar kak. tadi aja Bia belajar matematika sendiri tanpa disuruh."

"Nah, bagus dong. insyaAllah kalo rajin nanti Fadhil bisa fokus belajarnya. kaka bantuin doa." 



Selasa, 11 November 2014

Indonesia Negeri Pancasila


Banyak dari kita jika ditanya “Apakah kamu cinta Indonesia?” pasti sebagian besar menjawab iya. Indonesia negeri kaya dan tanahnya tumbuh subur memang layak mendapat cinta. Segala apa yang dibutuhkan masyarakat dunia berasal dari negeri ini. Namun rupanya negeri yang telah 69 tahun merdeka ini masih saja belum menyempurnakan kemerdekaan bagi rakyat-rakyatnya, terutama dalam bidang pendidikan. Kata mereka negeri ini menjanjikan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Kata mereka tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Bahkan mereka bilang bahwa seluruh warga Negara wajib melaksanakan pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dan mereka juga bilang bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi jika kembali berkaca tentang negeri tercinta ini, apakah pendidikan sudah benar-benar terjamah dengan adil sampai ke pelosok negeri? Apakah warga negaranya sudah memiliki akhlak mulia?.
Dewasa ini pelaku pendidikan sedikitnya masih ada yang belum mampu mengimplikasikan makna dari akhlak mulia itu sendiri. Guru harusnya mampu untuk menjadi sosok yang digugu dan ditiru, justru melakukan tindakan yang tidak mencerminkan figur yang baik. Katanya negeri pancasila. Persatuan Indonesia, namun pelajarnya banyak yang menjadi petarung-peratung ulung dan merasa paling jagoan jika mampu mengalahkan seorang yang dianggap musuh. Kemanusiaan yang adil dan beradab, tapi justru banyak sekali hal-hal yang mengerikan di negeri yang masyarakat luar menilai warganya ramah tamah. Negeri ini mulai mengalami yang namanya “hilang identitas”. Sampai akhrinya kita harus mulai mempertanyakan kembali dimana letak nilai-nilai pancasila di kehidupan masyarakat sekarang. Pancasila yang harusnya menjadi dasar dalam berkehidupan, berbangsa dan bernegara baik itu pendidikan, pembangunan, ekonomi maupun yang lainnya ternyata sudah mulai terlupakan.
Kita sepakat bahwa jika ada hal buruk pasti ada juga hal yang baik. Maka harus timbul suatu keyakinan juga jika ada sekelompok manusia yang mulai merusak pasti ada juga yang memperbaiki. Inilah yang akhirnya menggerakkan hati para mereka yang masih memiliki nurani. Yang berani menghidupkan kembali ruh negeri. Mungkin banyak dari kita sudah mendengar yang namanya komunitas Indonesia Mengajar, Kampung Sarjana, Volunteerism Teaching Indonesian Children, taman bacaan, dan pastinya sangat banyak komunitas yang berusaha menjangkau daerah yang tak terjangkau pendidikan. Gerakan semacam ini adalah salah satu bentuk kontribusi nyata untuk membangun negeri yang dilakukan oleh sebagian besar pemuda Indonesia. Bahkan sudah tidak mengherankan lagi bahwa hampir sudah ada kegiatan seperti ini dibeberapa Perguruan Tinggi Indonesia. Salah satunya adalah Universitas Negeri Jakarta sebagai  kampus pendidikan tentu juga memiliki komunitas serupa yang diberi nama Community Development. Pemerintah juga selalu terus mengupayakan program-program terbaik untuk kemajuan pendidikan di Indonesia, salah satunya dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 dalam pembelajaran di sekolah-sekolah ataupun program SM3T.
Inilah salah satu usaha anak negeri untuk menghidupkan kembali nilai-nilai pancasila sebagai panduan hidup  bangsa Indonesia, menjadikan pancasila sebagai sumber segala sumber hukum, maupun sebagai falsafah bagi kehidupan bangsanya. Yang paling penting adalah upaya bersama mewujudkan cita-cita bangsa dengan landasan iman dan taqwa dalam mencerdaskan bangsa.

Ketika seorang hamba tak lagi ingat kepada Allah Rabb-nya,, tersesat dalam kebahagiaan dunia yang terbatas masanya,, ketika hukum Tuhan tak lagi dihiraukan seolah hanya angin lalu yang bisa di dengar dan berlalu begitu saja, ketahuilah Tuhan  memperhatikan kelalaian-kelalaian yang seorang hamba lakukan.
Hidup ini pasti sudah kacau jika tanpa-Nya,, bisakah kita bayangkan jika Tuhan memiliki batas kesabaran dengan Dzat-Nya melihat kerakusan dan keterlenaan kita terhadap kekayaan dan jabatan dunia yang fana?
Pernah ngk kita berpikir bahwa musibah datang karena kita yang memancing Allah untuk menurunkan musibah itu sendiri tanpa harus mempertanyakan atau bahkan menyalahkan-Nya tentang apa yang sedang terjadi?
Entah sadar atau tidak, malah tidak jarang kita mengeluh. “Allah Ya Rabbi kenapa hal ini bisa terjadi? Apa salah saya?”. Bisakah untuk hal itupun tak usah mempertanyakannya kepada Tuhan. Padahal kita sendiri tau bahwa  kita terlampau sering membuat suatu kesalahan. Allah ngk pernah salah kasih ketetapan-Nya, yang salah adalah kita (hamba itu sendiri). coba tanyakan kepada diri sendiri, “apa yang telah saya lakukan sehingga Allah menegur saya?”
Allah berfirman dalam Al-Qur’an sebuah pedoman hidup yang luar biasa dalam surah Al-Baqarah : 11-12
albaqarah11.jpg


albaqarah12.jpg



Tak ada lagi batas antara yang hak dan yang bathil, dengan sadar bahkan seorang hamba mampu untuk membalikkan keduanya.
ketika seorang hamba tak ingat lagi kepada murka Rabbnya, apakah ada rasa takut terhadap kematian yang akan menjemputnya?. Kematian yang semakin berjalannya waktu, ia berlari menghampiri usia manusia yang terbatas waktunya.
Mati dan usia itu saling berkejaran. Yang satu ingin berlari sejauh-jauhnya, tapi yang satunya lagi ingin cepat-cepat menghampiri. Ya... itu mereka. Tapi kita banyak buta melihat hal-hal yang seperti itu. Mati dan umur manusia adalah suatu hal ghaib yang diciptakan Allah kepada semua makhluknya. Semuanya rata. Semua sama, dianugerahi dua keghaiban seperti itu. 
Maksiat, dosa dan segala macam bentuk bisikan syetan telah banyak menyebar dalam diri penduduk bumi. Semoga Allah selalu menjaga kita agar tak terjebak dan terkena virus syetan ini dalam diri kita.

Ketika seorang hamba tak ingat semuanya, maka kemanakah tujuan hidupnya?